Setelah sebelumnya aku pernah berbagi cerita seputar perjalanan menyusui Garvi (bisa dilihat disini), di postingan ini aku mau cerita tentang pengalaman menyapih Garvi.. Semoga bisa membantu Mommy2 diluaran sana dan bisa bermanfaat yaa 😄😄
Saat memulai menyusui Garvi, aku mengusahakan segala cara agar dia bisa menyusu dengan baik. Menyusuinya merupakan salah satu bukti cinta ku untuk Garvi. Begitu pun ketika proses menyapih, aku tidak ingin menyakiti hatinya.. Aku ingin menyapih Garvi juga dengan cinta atau istilah sekarang Weaning with Love (WWL). Sebelumnya, aku sempat mencari tahu seputar WWL, salah satunya dapat dibaca disitus AIMI ini. Aku pernah membaca, jika anak yang disapih dengan "paksa" misal memberi obat merah di area puting, atau memberikan jamu2an supaya rasanya pahit dan tidak enak, justru dapat merusak bonding yang sudah terbangun selama proses menyusui antara Ibu dan anak.. Noooo....!!!! I never want to be like that.
Dua bulan sebelum usia Garvi 2 tahun, aku mulai mengkomunikasikan soal sapih menyapih ini ke Garvi.. Bahasa yang ku gunakan antara lain "Dek, bentar lagi Garvi ulang tahun ke 2 ya.. Berarti udah makin besar, nanti ga nenen lagi ya". Jawaban anaknya sudah dipastikan "Ga!", disertai rengekan khasnya. Hehehee... Komunikasi itu tentu tidak hanya sekali atau dua kali ku sampaikan ke Garvi, berkali-kali. Ohh iya, tantangan menyapih Garvi juga ketika aku ada full time (misal saat weekend) bersamanya, Garvi cenderung menolak untuk minum susu kemasan UHT ataupun susu formula di dot. Kadang memintanya minum susu di dot harus "berantem" dulu. Saat bersama ku, dia lebih suka minum langsung dari gentongnya alias nenen ASI.
Lain waktu aku memperlihatkan gigi-giginya yang mulai banyak tumbuh, saat itu giginya sudah tumbuh sampai geraham pertama. Aku bilang kalau sekarang Garvi sudah semakin besar, giginya semakin banyak, jadi kalau terus nenen, nanti nenennya sakit. Aku arahkan jarinya ke gigi, khususnya gigi taring, membiarkan dia merasakan tekstur giginya. Aku juga jelaskan kalau sudah usia 2 tahun, minum susunya dengan dot, atau sedotan. Lalu aku ceritakan juga kalau sudah semakin besar, sudah sekolah seperti kakak A, minum susunya pakai sedotan atau gelas. Kalau anak bayi yang masih kecil, seperti adek C, giginya belum banyak, jadi masih nenen.
Kunci lain dari WWL adalah tidak menawarkan tapi juga tidak menolak ketika anak meminta. Garvi terbiasa nenen dulu sebelum tidur, dan ketika malam biasanya masih 1x bangun untuk minta nenen lagi.
Ketika memulai proses WWL, waktu mau tidur, aku coba mengalihkan perhatiannya dengan mendongengkan berbagai cerita hasil karangan ku sendiri.. Sampai lama kelamaan Garvi akhirnya tidur. Tapi ketika bangun tengah malam, Garvi cenderung sulit menerima komunikasi yang ku sampaikan. Tetep kekeuh minta nenen.. Kalau sudah begitu, yaa tetep dikasih.. Selama dia nenen aku juga bicarakan lagi kalau Garvi sudah semakin besar dan sudah waktunya berhenti nenen.
Tantangan berikutnya adalah Garvi sempat sakit seminggu sebelum ulang tahunnya yang ke2. Kalau sudah sakit seperti itu, makannya semakin susah, minum susu juga ga mau, pelariannya lagi-lagi ke nenen..
Alhamdulillah di usia 2 tahun lebih sedikit, Garvi sudah bisa disapih.. Aku juga merasa happy bisa menyapih Garvi dengan cinta, dan tidak merusak bonding yang sudah ada. Semenjak proses sapih sampai sekarang, kalau mau tidur Garvi akan minta dipeluk. Aku merasa kita malahan jadi makin "romantis".. Hehehehee...
Sekarang kalau Garvi ditanya "masih mau nenen ga Dek?", dia akan jawab "Gaa, kan dedek udah gede".. 🤗
Sehat selalu Garvi, tumbuhlah menjadi anak yang baik budi pekerti.. Bunni dan Ibii akan selalu ada di samping untuk menemani, di belakang untuk terus mengawasi, dan di depan untuk selalu membimbing mu..
With love,
Bunni & Ibii
Saat memulai menyusui Garvi, aku mengusahakan segala cara agar dia bisa menyusu dengan baik. Menyusuinya merupakan salah satu bukti cinta ku untuk Garvi. Begitu pun ketika proses menyapih, aku tidak ingin menyakiti hatinya.. Aku ingin menyapih Garvi juga dengan cinta atau istilah sekarang Weaning with Love (WWL). Sebelumnya, aku sempat mencari tahu seputar WWL, salah satunya dapat dibaca disitus AIMI ini. Aku pernah membaca, jika anak yang disapih dengan "paksa" misal memberi obat merah di area puting, atau memberikan jamu2an supaya rasanya pahit dan tidak enak, justru dapat merusak bonding yang sudah terbangun selama proses menyusui antara Ibu dan anak.. Noooo....!!!! I never want to be like that.
Dua bulan sebelum usia Garvi 2 tahun, aku mulai mengkomunikasikan soal sapih menyapih ini ke Garvi.. Bahasa yang ku gunakan antara lain "Dek, bentar lagi Garvi ulang tahun ke 2 ya.. Berarti udah makin besar, nanti ga nenen lagi ya". Jawaban anaknya sudah dipastikan "Ga!", disertai rengekan khasnya. Hehehee... Komunikasi itu tentu tidak hanya sekali atau dua kali ku sampaikan ke Garvi, berkali-kali. Ohh iya, tantangan menyapih Garvi juga ketika aku ada full time (misal saat weekend) bersamanya, Garvi cenderung menolak untuk minum susu kemasan UHT ataupun susu formula di dot. Kadang memintanya minum susu di dot harus "berantem" dulu. Saat bersama ku, dia lebih suka minum langsung dari gentongnya alias nenen ASI.
Lain waktu aku memperlihatkan gigi-giginya yang mulai banyak tumbuh, saat itu giginya sudah tumbuh sampai geraham pertama. Aku bilang kalau sekarang Garvi sudah semakin besar, giginya semakin banyak, jadi kalau terus nenen, nanti nenennya sakit. Aku arahkan jarinya ke gigi, khususnya gigi taring, membiarkan dia merasakan tekstur giginya. Aku juga jelaskan kalau sudah usia 2 tahun, minum susunya dengan dot, atau sedotan. Lalu aku ceritakan juga kalau sudah semakin besar, sudah sekolah seperti kakak A, minum susunya pakai sedotan atau gelas. Kalau anak bayi yang masih kecil, seperti adek C, giginya belum banyak, jadi masih nenen.
Kunci lain dari WWL adalah tidak menawarkan tapi juga tidak menolak ketika anak meminta. Garvi terbiasa nenen dulu sebelum tidur, dan ketika malam biasanya masih 1x bangun untuk minta nenen lagi.
Ketika memulai proses WWL, waktu mau tidur, aku coba mengalihkan perhatiannya dengan mendongengkan berbagai cerita hasil karangan ku sendiri.. Sampai lama kelamaan Garvi akhirnya tidur. Tapi ketika bangun tengah malam, Garvi cenderung sulit menerima komunikasi yang ku sampaikan. Tetep kekeuh minta nenen.. Kalau sudah begitu, yaa tetep dikasih.. Selama dia nenen aku juga bicarakan lagi kalau Garvi sudah semakin besar dan sudah waktunya berhenti nenen.
Tantangan berikutnya adalah Garvi sempat sakit seminggu sebelum ulang tahunnya yang ke2. Kalau sudah sakit seperti itu, makannya semakin susah, minum susu juga ga mau, pelariannya lagi-lagi ke nenen..
Alhamdulillah di usia 2 tahun lebih sedikit, Garvi sudah bisa disapih.. Aku juga merasa happy bisa menyapih Garvi dengan cinta, dan tidak merusak bonding yang sudah ada. Semenjak proses sapih sampai sekarang, kalau mau tidur Garvi akan minta dipeluk. Aku merasa kita malahan jadi makin "romantis".. Hehehehee...
Sekarang kalau Garvi ditanya "masih mau nenen ga Dek?", dia akan jawab "Gaa, kan dedek udah gede".. 🤗
Sehat selalu Garvi, tumbuhlah menjadi anak yang baik budi pekerti.. Bunni dan Ibii akan selalu ada di samping untuk menemani, di belakang untuk terus mengawasi, dan di depan untuk selalu membimbing mu..
With love,
Bunni & Ibii
Komentar
Posting Komentar